Sabtu, 16 April 2011

Psikologi Industri - Masalah stres dalam dunia kerja

PENDAHULUAN

   A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia kerja, sering timbul (muncul) berbagai masalah sehubungan dengan stres dan kondisi-kondisi yang dapat memicu terjadinya stres. Baik disadari maupun tidak, pekerjaan seseorang menimbulkan stres pada dirinya. Hal ini pasti akan tampak dalam kurun waktu yang panjang, karena memang manusia setiap harinya berkecimpung di tempat kerjanya lebih dari sepertiga kali waktunya.
Ada beberapa alasan mengapa masalah stres yang berkaitan dengan organisasi perlu diangkat ke permukaan pada saat ini (Nimran, 1999:79-80).  Di antaranya adalah:
  1. Masalah stres adalah masalah yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan, dan posisinya sangat penting dalam kaitannya dengan produktifitas kerja karyawan.
  2. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari luar organisasi,
    stress juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam organisasi.
    Oleh karenanya perlu disadari dan dipahami keberadaannya.
  3. Pemahaman akan sumber-sumber stres yang disertai dengan pemahaman
    terhadap cara-cara mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan
    siapa saja yang terlibat dalam organisasi demi kelangsungan organisasi yang
    sehat dan efektif.
  4. Banyak di antara kita yang hampir pasti merupakan bagian dari satu atau
    beberapa organisasi, baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan, pernah
    mengalami stres meskipun dalam taraf yang amat rendah.
  5. Dalam zaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini manusia
    semakin sibuk. Di situ pihak peralatan kerja semakin modern dan efisien,
    dan di lain pihak beban kerja di satuan-satuan organisasi juga semakin
    bertambah. Keadaan ini tentu saja akan menuntut energi pegawai yang lebih
    besar dari yang sudah - sudah.
    Sebagai akibatnya, pengalaman-pengalaman
    yang disebut stres dalam taraf yang cukup tinggi menjadi semakin terasa.
Masalah-rnasalah tentang stres kerja pada dasarnya sering dikaitkan dengan
pengertian stres yang terjadi di lingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses interaksi
antara seorang karyawan dengan aspek-aspek pekerjaannya .
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas , timbul beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.                  Apa sajakah faktor – faktor yang menjadi penyebab timbulnya stres
2.      Bagaimanakah stres dapat mempengaruhi kualitas kerja
3.      Dampak apa sajakah yang dapat timbul akibat stres
4.      Bagaimanakah cara mengelola stres yang baik secara optimal sehingga akan berdampak positif  .
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan makalah ini ialah :
1.      Untuk mengetahui secara lebih jelas apakah yang dimaksud dengan stres di tempat kerja .
2.      Mengetahui apa yang menjadi penyebab timbulnya stres dan apa saja dampaknya .
3.      Mengupayakan agar dampak stres menjadi positif dengan cara pengelolaan stres yang baik


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Stres
Stres adalah hilangnya keseimbangan yang dialami tubuh kita . Stres terjadi ketika harus menyesuaikan diri pada lingkungan dan kondisi yang terus bertambah . Stres memiliki efek fisik dan emosional dengan kita . Stres dapat menjadikan seseorang jadi posotif atau negatif . Pengaruh stres yang positif  dapat memaksa kita untuk menghasilkan tindakan yang berbau kesadaran baru , perspektif baru , dan menggembirakan mengenai isu atau masalah . Pengaruh negatif dapat mengakibatkan perasaan yang tidak percaya , penolakan amarah , dan depresi pada giliranya , dapat membawa ke masalah kesehatan (sakit kepala , gangguan perut , insomnia , tekanan darah tinggi , sakit jantung dan stroke) .

B. Jenis – Jenis Stres

Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu :
Ø      Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
Ø      Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

Stres negatif adalah yang bertindak sebagai depresan dan dapat menimbulkan perasaan bosan atau kesal pada diri sendiri . Yang diperlukan adalah menemukan stres optimal yang sifatnya dapat memotivasi , bukan yang merugikan .

C. Stres Ditempat Kerja Menurut Beberapa Ahli

Gibson et al (dalam Yulianti, 2000:9) mengemukakan bahwa stress kerja
dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres
sebagai respon dan stres sebagai stimulus-respon. Stres sebagai stimulus
merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan. Definisi stimulus
memandang stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk
memberikan tanggapan terhadap stresor. Pendekatan ini memandang stres sebagai
konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu.
Pendekatan stimulus-respon mendefinisikan stres sebagai konsekuensi dari
interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Stres dipandang tidak
sekedar sebuah stimulus atau respon, melainkan stres merupakan hasil interaksi
unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan individu untuk
memberikan tanggapan .

Luthans (dalam Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres sebagai suatu
tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan
proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan Hngkungan, situasi atau
peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang,
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan
lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda.
Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting
diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat
adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan
yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses beriikir dan kondisi fisik
individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami
beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja
mereka, seperti : mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak
stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan
dalam masalah tidur.

Di kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan
kesamaan persepsi tentang batasan stres. Baron & Greenberg (dalam Margiati,
1999:71), mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis
yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa
mengatasinya. Aamodt (dalam Margiati, 1999:71) memandangnya sebagai respon
adaptif yang merupakan karakteristik individual dan konsekuensi dan tindakan
ekstcrnai, situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara fisik maupun psikologis.
Berbeda dengan pakar di atas, Landy (dalam Margiati, 1999:71) memahaminya
sebagai ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga
menimbulkan konsekuensi pcnting bagi dirinya. Robbins memberikan definisi
stres sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu dihadapkan pada kesempatan,
hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penling tetapi tidak
dapat dipastikan (Robbins dafam Dwiyanti, 2001:75).

Stres ditempat kerja merupakan interaksi antara pekerja dan kondisi di tempat kerja . NIOSH ( USA ) Mendifinisikan stres sebagai respon fisik dan respon emosional yang terjadi ketika tuntutan pekerjaan tidak sesuai dengan kemampuan , sumber daya atau kebutuhan dari pekerja .

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah
dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan
dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua
kondisi pekerjaan. Adanya beberapa atribut tertentu dapat rnempengaruhi daya
tahan stres seorang karyawan.

D. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja

Terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres atau stres kerja,
yaitu :
Ø      Faktor lingkungan kerja , yaitu dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan.
Ø      Faktor personal , bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa / pengalaman pribadi maupun kondisi social – ekonomi keluarga di mana pribadi berada dan mengembangkan diri. Betapapun faktor kedua tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi pekerjaan, namun karena dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi ditempatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres.

Secara umum dikelompokkan sebagai berikut (Dwiyanti, 2001:77-79):
  1. Tidak adanya dukungan sosial. Artinya, stres akan cenderung muncul pada
    para karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka.
    Dukungan sosial di sini bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa, para karyawan yang mengalami stres kerja adalah mereka yang tidak mendapat dukungan (khususnya moril) dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sekerjanya (baik pimpinan maupun bawahan) akan cenderung lebih mudah terkena stres.
    Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dukungan sosial yang menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan tugasnya.
  2. Tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di
    kantor
    . Hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam
    menjalankan tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja ketika mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya. Stres kerja juga bisa terjadi ketika seorang karyawan tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut dirinya.
  3. Pelecehan seksual. Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau
    dikonotasikan berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. Pelecehan seksual ini bisa dimulai dari yang paling kasar seperti memegang bagian badan yang sensitif, mengajak kencan dan semacamnya sampai yang paling halus berupa rayuan, pujian bahkan senyuman yang tidak pada konteksnya. Dari banyak kasus pelecehan seksual yang sering menyebabkan stres kerja adalah perlakuan kasar atau penganiayaan fisik dari lawan jenis dan janji promosi jabatan namun tak kunjung terwujud hanya karena wanita..
    Stres akibat pelecehan seksual banyak terjadi pada negara yang tingkat kesadaran warga (khususnya wanita) terhadap persamaan jenis kelamin cukup tinggi, namun tidak ada undang-undang yang melindunginya (Baron and Greenberg dalam Margiati, 1999:72).
  4. Kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa
    suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan
    semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan
    seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu
    dingin. Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga sirkulasi atau arus udara. Di samping itu, kebisingan juga memberi andil tidak kecil munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain (Muchinsky dalam Margiati, 1999:73).
  5. Manajemen yang tidak sehat. Banyak orang yang stres dalam pekerjaan
    ketika gaya kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja. Situasi kerja atasan selalu mencurigai bawahan, membesarkan peristiwa / kejadian yang semestinya sepele dan semacamnya, seseorang akan tidak leluasa menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan stres (Minner dalam Margiati, 1999:73).
  6. Tipe kepribadian. Seseorang dengan kcpribadian tipe A cenderung
    mengalami sires dibanding kepribadian tipe B. Beberapa ciri kepribadian tipe A ini adalah sering merasa diburu - buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak sabaran, konsentrasi pada lebih dan satu pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung tidak puas terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif. Dengan begitu, bagi pihak perusahaan akan selalu mengalami dilema ketika mengambil pegawai dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu sisi akan memperoleh hasil yang bagus dan pekerjaan mereka, namun di sisi lain perusahaan akan mendapatkan pegawai yang mendapat resiko serangan / sakit jantung (Minner dalam Margiati, 1999:73).
  7. Peristiwa / pengalaman pribadi. Stres kerja sering disebabkan pengalaman
    pribadi yang menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit atau gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis atau menghadapi masalah (pelanggaran) hukum. Banyak kasus menunjukkan bahwa tingkat stress paling tinggi terjadi pada seseorang yang ditinggal mati pasangannya, sementara yang paling rendah disebabkan oleh perpindahan tempat tinggal. Disamping itu, ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari, kesepian, perasaan tidak aman, juga termasuk kategori ini (Baron & Greenberg dalam Margiati, 1999:73).
Menurut Davis dan Newstrom (dalam Margiati, 1999:73) stres kerja disebabkan:
  1. Adanya tugas yang terlalu banyak. Banyaknya tugas tidak selalu menjadi
    penyebab stres, akan menjadi sumber stres bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi karyawan.
  2. Supervisor yang kurang pandai. Seorang karyawan dalam menjalankan tugas
    sehari-harinya biasanya di hawah bimbingan sekaligus mempertanggungjawabkan kepada supervisor. Jika seorang supervisor pandai dan menguasai tugas bawahan, ia akan membimbing dan memberi pengarahan atau instruksi secara baik dan benar.
  3. Terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Karyawan biasanya mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas kantor / perusahaan yang dibebankan kepadanya. Kemampuan berkaitan dengan keahlian, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, pihak
    atasan seringkali memberikan tugas dengan waktu yang lerbatas. Akibatnya,
    karyawan dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas sesuai tepat waktu yang
    ditetapkan atasan.
  4. Kurang mendapat tanggung jawab yang memadai. Faktor ini berkaitan
    dengan hak dan kewajiban karyawan. Atasan sering memberikan tugas kepada
    bawahannya tanpa diikuti kewenangan (hak) yang memadai. Sehingga, jika harus mengambil keputusan harus berkonsultasi, kadang menyerahkan sepenuhnya pada atasan.
  5. Ambiguitas peran. Agar menghasilkan performan yang baik, karyawan perlu
    mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk dikerjakan serta
    scope dan tanggung jawab dari pekerjaan mereka. Saat tidak ada kepastian tentang definisi kerja dan apa yang diharapkan dari pekerjaannya akan timbul ambiguitas peran.
  6. Perbedaan nilai dengan perusahaan. Situasi ini biasanya terjadi pada para
    karyawan atau manajer yang mempunyai prinsip yang berkaitan dengan profesi yang digeluti maupun prinsip kemanusiaan yang dijunjung tinggi (altruisme).
  7. Frustrasi. Dalam lingkungan kerja, perasaan frustrasi memang bisa
    disebabkan banyak faktor. Faktor yang diduga berkaitan dengan frustrasi
    kerja adalah terhambatnya promosi, ketidakjelasan tugas dan wewenang serta
    penilaian / evaluasi staf, ketidakpuasan gaji yang diterima.
  8. Perubahan tipe pekerjaan, khususnya jika hal tersebut tidak umum. Situasi
    ini bisa timbul akibat mutasi yang tidak sesuai dengan keahlian dan jenjang karir yang di lalui atau mutasi pada perusahaan lain, meskipun dalam satu grup namun lokasinya dan status jabatan serta status perusahaannya berada di bawah perusahaan pertama.
  9. Konflik peran. Terdapat dua tipe umum konflik peran yaitu (a) konflik peran
    intersender, dimana pegawai berhadapan dengan harapan organisasi terhadapnya yang tidak konsisten dan tidak sesuai; (b) konflik peran intrasender, konflik peran ini kebanyakan terjadi pada karyawan atau manajer yang menduduki jabatan di dua struktur. Akibatnya, jika masing-masing struktur memprioritaskan pekerjaan yang tidak sama, akan berdampak pada karyawan atau manajer yang berada pada posisi dibawahnya, terutama jika mereka harus memilih salah satu alternative.
E. Aspek positif Stres

Stres yang positif menambah harapan dan kegembiraan pada kehidupan . Kita semua memerlukan stres yang positif dalam jumlah tertentu , untuk berkembang dengan cepat . Tegat waktu , persaingan , konfrontasi , frustasi dan bahkan duka cita menambah kekayaan kepribadian diri dan menjadi pola kehidupan kita jadi lebih berwarna . Tujuan kita sebenarnya bukan menghilangkan stres , mempelajari cara mengelola dan memanfaatkan agar mempunyai dampak positif bagi kehidupan .

Walau pun kerja adalah penyebab stres yang terbesar dalam hidup , tetapi bila stres dikelola dengan baik akan menghasilkan ;
Ø      Motivasi , tantangan dan tujuan
Ø      Morak dan kesejahteraan financial
Ø      Kekuatan dan kemerdekaan
Ø      Rasa pencapaian prestasi , kepuasann dan berguna
Ø      Pengakuan dari rekan kerja , teman , dan masyarakat
Ø      Kesenangan , dorongan dan kegairahan
Ø      Wawasan baru , pendidikan dan keterampilan

F. Bagaimana Tubuh Bereaksi Terhadap Stres

Diantara reaksi tubuh terhadap stres ialah :
Ø      Jantung dan pembuluh darah : denyut jantung akan meningkat dan tekanan daah juga meningkat . Resiko terhadap terhadap penyakit jatung dan stroke akan meningkat .
Ø      Sistem pernafasan : tingkat penafasan akan meningkat .
Ø      Sistem saluran pencernaan : hati akan melepaskan gula dalam jumlah besar .
Ø      Penglihatan : pupil mata melebar untuk mendeteksi gerakan halus .

Dampak yang tidak diinginkan dari stres termasuk berkeringat , kekeringan mulut , sakit dada , mual , keinginan untuk kencing , dan banyak dampak yang lain tergantung dari individu .

Stres yang salah kelola akan berakibat negatif, diantaranya :
Ø      Mengganggu konsentrasi , kurangnya perhatian dan ingatan .
Ø      Mengganggu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah .
Ø      Merusak keyakinan dirii dan memicu pemikiran negatif  .
Ø      Menghabiskan tenaga fisik dan mental .
Ø      Mungkin menghilangkan minat dan motivasi .
Ø      Kesalahan , absenteeism , kelambatan , kualitas jelek , kecelakaan , kegagalan dan kerugian .

G. Pengelolaan Stres Yang Baik

Beberapa strategi mengatasi stres secara mudah ;
Ø      Jangan hanya bergantung pada diri sendiri
Ø      Ciptakan tujuan yang terukur dan bisa tercapai
Ø      Jangan menuntut kesempurnaan
Ø      Bedakan antara stres yang nyata dan tidak nyata
Ø      Tahu apa yang bisa diharappkan dari anda
Ø      Jangan menipu diri sendiri
Ø      Jangan biarkan satu kegagalan menghancurkan diri anda
Ø      Belajar mengelola waktu

Strategi yang lain ;
Ø      Latihan pernafasan ; tutup mulut dan bernafas dari hidung dan kemudian hembuskan melalui mulut . Dengan perlahan tarik nafas sebanyak mungkin kemudian hembuskan perlahan-lahan dalam 1-2 menit , tarik kerutan bibir sperti mau meniup sehingga anda bisa mengontrol seberapa cepat menghembuskan nafas dan jaga jalan nafas terbuka selama mungkin . Sesi pernafasan pernafasan dalam dapat dilakukan mengganti istirahat minum kopi .
Ø      Buka pikiran anda ; memberikan istirahat mental dan merupakan dasar dari meditasi . Untuk mengurangi gangguan , cari tempat yang sepi untuk 10-15 menit . Duduk pada kursi yang nyaman dan lepaskan sepatu . Tutup mata anda dan bernafaslah dengan pelan dan dalam . Pusatkan mental anda pada kata , pikiran atau gambar yang menenangkan . Kendorkan dan teruskan bernafas dalam . Lenturkan setelah selesai . Pikiran anda kemungkinan lebih terpusat dan segar .
Ø      Berfikir positif  ; meningkatkan penghargaan terhadap diri sendiri . Siapkan menghadapi tantangan dengan berbicara dengan diri sendiri (Saya pikir saya bisa ! Saya tahu saya bisa)
Ø      Latihan aerobik ; akan mengendorkan anda dengan lepasnya hormone endorphin , merupakan zat seperti morfin yang meningkatkan suasana hati kita . Latihan meningkatkan tenaga tubuh dan daya tahan tubuh dan mengurangi kecemasan serta depresi .
Ø      Teknik lain ; musik , tertawa .

Strategi mengatasi stres tingkat lanjut memerlukan training ; meditasi , Yoga , Tai chi dan lain-lain . Bantuan dari tenaga medis mungkin diperlukan ketika gejala negatif stres menetap dan tidak membaik .

H. Strategi Manajemen Stres Kerja

Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar
mengatasinya, yakni betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir
sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang
harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan,
sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini
bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa - apa untuk memecahkan
sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke
cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus
diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan
penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang
mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait
dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya
dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari
ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena
kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya
ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai
seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999:76).

Suprihanto dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang
organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stres
yang ringan. Alasannya karena pada tingkat stres tertentu akan memberikan akibat
positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik.
Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan akan
membuat menurunnya kinerja karyawan. Stres ringan mungkin akan memberikan
keuntungan bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan
merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin akan berpikir untuk
memberikan tugas yang menyertakan stress ringan bagi karyawan untuk
memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan
sebagai tekanan oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam
mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan
organisasi.
  1. Pendekatan Individual. Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk mengurangi stress adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
  2. Pendekatan Organisasional. Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor  itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan
    serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stres adalah hilangnya keseimbangan yang dialami tubuh kita . Stres terjadi ketika harus menyesuaikan diri pada lingkungan dan kondisi yang terus bertambah .
Stres kerja adalah respon fisik dan respon emosional yang terjadi ketika tuntutan pekerjaan tidak sesuai dengan kemampuan , sumber daya atau kebutuhan dari pekerja .

Terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres atau stres kerja,
yaitu :
  • Faktor lingkungan kerja
  • Faktor personal / individu

Stres yang positif menambah harapan dan kegembiraan pada kehidupan . Kita semua memerlukan stres yang positif dalam jumlah tertentu , untuk berkembang dengan cepat . Tegat waktu , persaingan , konfrontasi , frustasi dan bahkan duka cita menambah kekayaan kepribadian diri dan menjadi pola kehidupan kita jadi lebih berwarna . Tujuan kita sebenarnya bukan menghilangkan stres , mempelajari cara mengelola dan memanfaatkan agar mempunyai dampak positif bagi kehidupan .

Beberapa strategi mengatasi stres secara mudah ;
  • Jangan hanya bergantung pada diri sendiri
  • Ciptakan tujuan yang terukur dan bisa tercapai
  • Jangan menuntut kesempurnaan
  • Bedakan antara stres yang nyata dan tidak nyata
  • Tahu apa yang bisa diharappkan dari anda
  • Jangan menipu diri sendiri
  • Jangan biarkan satu kegagalan menghancurkan diri anda
  • Belajar mengelola waktu
Arman's Facebook